Langkah Baru untuk Pertanian Berkelanjutan di Langkat
- Februari 18, 2025
- Posted by: Media Aoi
- Categories: Artikel, Berita Umum, News

Pada 4 Februari 2025, sekelompok petani, akademisi, dan perwakilan pemerintah berkumpul di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Mereka mengikuti diskusi kelompok terfokus (FGD) yang bertujuan memahami kondisi pertanian di daerah ini serta mencari solusi agar praktik pertanian lebih berkelanjutan. Acara ini dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk Yayasan BITRA Indonesia dan AOI sebagai penyelenggara.
Bagaimana Kondisi Pertanian di Langkat?
Sebelumnya, tim peneliti telah melakukan survei di tiga desa—Desa Kebun Kelapa, Desa Teluk, dan Desa Telaga Jernih—untuk mengetahui situasi pertanian setempat. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar petani mengandalkan tanaman seperti padi, kelapa sawit, kakao, kelapa, cabai, sayuran, ubi, dan jambu air. Di bidang peternakan, mereka banyak memelihara ayam, sapi, dan kambing.
Soal permodalan, sebagian besar petani menggunakan modal sendiri dengan kisaran Rp 400.000 hingga Rp 10.000.000 untuk setiap musim tanam. Namun, ada juga yang mengambil pinjaman dengan skema cicilan harian, bulanan, atau per musim panen.
Dari segi pengelolaan lahan, 87,2% petani menggarap tanah milik mereka sendiri. Sebagian besar (64,1%) masih menggunakan cara konvensional, sementara 17,9% mulai mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis secara bertahap, dan hanya 10,3% yang sudah menerapkan metode organik. Data juga menunjukkan bahwa 72% petani masih bergantung pada pestisida kimia untuk mengendalikan gulma.
Dalam hal pemasaran, hampir semua petani (97,4%) menjual hasil panen ke tengkulak yang menentukan harga jual. Belum ada regulasi dari pemerintah terkait harga minimum atau maksimum komoditas pertanian. Namun, ada tren baru—sekitar 20,5% petani mulai mencoba pemasaran lewat media sosial, meskipun mayoritas (79,5%) masih mengandalkan metode penjualan langsung.

Apa yang Bisa Dilakukan?
Dari diskusi yang berlangsung, muncul beberapa rekomendasi agar pertanian di Langkat lebih berkelanjutan:
- Memperkuat kerja sama antara petani, pemerintah desa, kecamatan, dan dinas terkait.
- Menyediakan bibit berkualitas yang bersertifikat.
- Menyusun aturan terkait penggunaan lahan untuk budidaya padi kering.
- Mengembangkan irigasi agar pertanian tidak hanya bergantung pada hujan.
- Membantu pemasaran produk organik agar petani punya alternatif selain tengkulak.
- Mendorong alih fungsi lahan sawit menjadi lahan pangan.
- Membentuk lahan percontohan (demplot) agar petani bisa belajar pertanian berkelanjutan.
- Mengedukasi petani mengenai dampak perubahan iklim dan cara beradaptasi.
- Membangun ekosistem pertanian yang mencakup budidaya hingga pemasaran.
- Membentuk komunitas petani peneliti yang bisa berbagi ilmu dan pengalaman.
Langkah ke Depan
Diskusi ini bukan sekadar kumpulan ide. Para peserta sepakat untuk mulai mengambil langkah konkret. Petani butuh dukungan agar bisa menerapkan metode yang lebih ramah lingkungan, dan pemerintah diharapkan bisa menyediakan kebijakan yang mendukung. Di akhir acara Aliansi Organis Indonesia dan Bitra Indonesia menandatangani Perjanjian Kerjasama Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Langkat. Dengan kolaborasi yang erat, pertanian berkelanjutan di Langkat bukanlah sesuatu yang mustahil. Ini adalah perjalanan panjang, tetapi dengan kerja sama yang kuat, perubahan bisa dimulai dari sekarang.