- Desember 12, 2015
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Umum
Senin, 11 Agustus 2014, 16:26 WIB
Bisnis.com, BATU — Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, melalui dinas pertanian dan kehutanan setempat akan membentuk klaster guna memudahkan pembudidayaaan serta mengawasi perkembangan program pertanian organik di wilayahnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Arif As Sidiq, mengatakan klaster khusus tersebut meliputi pertanian organik pangan, budi daya pangan, budi daya tanaman holtikultura seperti apel jeruk dan buah lainnya, serta sayur.
“Selain itu juga ada pertanian organik yang diorientasikan pada pekarangan-pekarangan milik warga,” kata Arif, Senin (11/8/2014).
Menurutnya hingga akhir 2014 dinas pertanian akan membentuk percontohan organik yang bisa diadopsi di rumah warga agar menjadi inspiratif bagi masyarakat untuk bertani organik.
Dalam hal ini pihaknya akan melibatkan seluruh komponen masyarakat mulai petani, masyarakat yang menjadi konsumen hasil pertanian, organisasi massa seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) serta pengurus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk mendukung petani agar lebih mengingkatkan mutu dan kualitas produk pangannya.
“Selain klaster, kami juga akan memberikan insentif kepada petani, serta melakukan sosialisasi terkait program tersebut,” jelas dia.
Insentif tersebut berupa pupuk organik, obat-obatan organik, serta penghargaan khusus bagi petani organik yang berhasil mengingkatkan mutu dan kualitasnya dengan memberikan bantuan permodalan kepada mereka.
Asisten I Sekretaris Kota Batu, Siswanto, sebelumnya mengatakan saat ini terdapat sekitar 30 hektare lahan pertanian organik di Batu yang tersebar di tiga kecamatan yakni Bumiaji, Batu, dan Junrejo dengan luas masing-masing 10 hektare.
“Sedangkan lima hektare lainnya berada di desa Penden kecamatan Junrejo yang merupakan kawasan tambahan untuk pertanian organik khusus padi,” ujarnya.
Kendati petani disejumlah wilayah telah menerapkan pertanian organik pada tanamannya, namun bila dievaluasi lebih lanjut, ternyata program pertanian organik yang dijalankan Pemkot Batu masih berjalan cukup lambat.
Dari hasil pantauan tim evaluasi yang diterjunkan oleh pemkot beberapa waktu lalu terungkap jika pertanian organik di Batu masih berjalan sekitar 40%.
Minimnya petani yang menggunakan pertanian organik tersebut salah satunya disebabkan karena sulitnya petani menerapkan pola pertanian tersebut. Serta faktor kebutuhan petani yang membuat mereka memilih tetap menggunakan pola pertanian an-organik (kimia).
Sumber : JIBI
Editor : Wahyu Darmawan
http://surabaya.bisnis.com/m/read/20140811/10/73640/batu-bentuk-klaster-pertanian-organik-ini-tujuannya