- Desember 12, 2015
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Umum
![](https://aoi.ngo/wp-content/uploads/2022/01/5a-e1644493310788-1110x550.jpg)
03:51 WIB | Selasa, 08 Juli 2014 | Hortikultura, Komoditi | Penulis : Julianto
Pangan organik kini menjadi satu kebutuhan masyarakat yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Keinginan untuk hidup lebih sehat membuat masyarakat kembali memilih produk alami alias organik.
Begitu juga lahirnya KWT (Kelompok Wanita Tani) Vigur Organik. Sempat merasakan sakit yang sulit sembuh, akhirnya Titiek Widayati pendiri KWT Vigur Asri mengembangkan produk pertanian organik.
Bahkan nama KWTnya pun berganti menjadi Vigur Organik pada tahun 2010. Upaya keras Titiek akhirnya membuahkan hasil. Sebab pada tahun 2011, produk yang dia hasilkan mendapatkan sertifikasi organik dari LeSOS (Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman) untuk tanaman sayuran dan produk olahan.
“Awalnya ibu Titiek menanam tanaman organik hanya untuk kebutuhan pribadi,” kata Wakil Ketua Vigur Organik, Malang, Diyah Rahmawati kepada Sinar Tani saat menunggu stand Vigur Organik yang berada di Pasar Tani depan pintu utama Stadion Kanjuruhan.
Menurut Diyah, KWT Vigur Organik fokus dalam pengembangan sayuran yang bisa ditanam di halaman rumah. Jika awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, maka pada perkembangannya diperluas ke sekitar wilayah tempat tinggal. “Sebagai istri dari Ketua RT, ibu Titiek dengan mudah mengajak kalangan ibu rumah tangga,” katanya.
Diyah bercerita, memang pada awal pengembangan terbatas pada kalangan ibu rumah tangga yang mempunyai pendidikan tinggi. Namun kemudian ibu Titiek melihat bahwa ada kalangan ibu rumah tangga yang berpendidikan rendah juga perlu mendapat pengetahuan mengenai pangan organik.
Secara sosial ternyata mengajak kalangan ibu rumah tangga yang berpenghasilan rendah sangat membantu. Bukan hanya meningkatkan ketahanan pangan, tapi dapat menambah pendapatan rumah tangga.
“Jadi dengan lahan yang terbatas bisa menghasilkan produk yang berkualitas. Pada akhirnya secara sosial bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga,” katanya.
Saat ini anggota KWT Vigur Organik beranggotakan 18 orang. Dengan luas lahan pengelolaan sekitar 6 ribu meter. “Semua produk yang dihasilkan kita selalu awasi. Apalagi kita sudah mendapatkan sertifikasi organik,” ujar dia. Pengawasan produk sayuran segar dilakukan oleh internal control system (ICS). Standar mutunya pengacu pada SNI.
Dari 100 produk sayuran segar yang pernah dikembangkan, KWT Vigur Organik kini hanya fokus pada 10 produk sayuran segar. Yakni, kangkung, caisim, pokcoy, sawi pahit, sawi wangi, kailan, bayam hijau, bayam sembur, bayam merah dan bayam Jepang. Pasar produk sayuran masih sekitar malang dan wilayah Jawa Timur lainnya. Pemasarannya, selain melalui supermarket, juga direct seller.
Produk Olahan
Berhasil mengembangkan tanaman sayuran organik, KWT Vigur Organik melebarkan sayap produknya yakni membuat pangan olahan. Beberapa produk olahan tersebut yakni, kecap manis, kecap autis, beras merah organik, sereal beras hitam dan beberapa produk lainnya. “Ke depan kami tengah mengkaji membuat produk sayuran kering,” katanya.
Keinginan mengembangkan sayuran kering ini karena selama ini terjadi kendala saat mengirim produk segar ke luar Jawa Timur atau luar Jawa. Pihaknya pernah mengirim produk segar melalui travel, ternyata terjadi penurunan mutu. Produk sayuran kering yang tengah dikaji adalah bayam kering. “Kami berupaya menyiasati agar harga produk sayuran kering tersebut lebih terjangkau harganya,” kata dia. Yul
Sumber:
http://tabloidsinartani.com/content/read/sayur-organik-dari-halaman-rumah/