Desa Pulosari terdiri dari 6 dusun dan memiliki 17 kelompok tani serta 1 Gapoktan. Namun Gapoktan yang diketuai oleh pak Odan Subandi ini kurang berfungsi dengan baik. Desa ini pernah mendapat bantuan program Bio Slurry dari Indonesia Power pada tahun 2014 karena hampir rata-rata penduduk memiliki ternak domba yang menghasilkan kotoran yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bio slurry. Banyaknya ternak di desa Pulosari sebenarnya terkait dengan kelompok peternak “ Bina Usaha“ yang pernah mendapatkan bantuan domba dari Indonesia Power sejumlah 50 ekor domba, yang terus dikembangkan oleh masyarakat setempat. Namun demikian program Bio Slurry tersebut belum mampu berkembang dan memberi manfaat luas. Instalasi percontohan Bio Slurry juga belum mampu berkembang dan direplikasi dan hanya berskala kecil. Bio gas yang juga dihasilkan oleh instalasi ini hanya bisa dimanfaatkan oleh 2 rumah tangga. Sisa atau bekas untuk Bio Slury menghasilkan 2 produk yaitu yaitu pupuk kompos cair dan pupuk komos padat, yang dimanfaatkan oleh anggota kelompok tani tersebut dan anggota kelompok lain. Bantuan program Bio Slury ini baru ditujukan untuk satu kelompok saja yaitu Klp. Tani Bina Mandiri dengan jumlah anggota 20 anggota.

Desa Pulosari juga memiliki kelompok UKM Ucing Gering yang memproduksi makanan olahan. Kelompok ini mempunyai anggota 20 orang, namun belum cukup aktif dalam pengelolaan kelompok usaha bersama.

Kelompok Tani Nagrang di desa Pulosari sebenarnya juga mempunya rumah kompos, namun sayangnya belum terkelola dengan baik untuk kepentingan kolektif petani. Petani masih cenderung berjalan sendiri-sendiri. Padahal jika dikelola dengan baik potensinya juga cukup besar karena jumlah domba yang ada di desa Pulosari kurang lebih berjumlah 10.000 ekor. Harga penjulan domba berkisar 1,5 juta  – 1,8 Jta.

Di desa Pulosari terdapat sebuah koperasi bernama AMANAH MADANI dengan program-program inti:

  1. Simpan pinjam
  2. Program Sosial 1 juta : 1 pohon
  3. Bank sampah (tahap persiapan)
  4. Persiapan lahan sampah
  5. Pengelolaan sampah

Produk pertanian rata-rata masyarakat Pulosari adalah sayur-mayur (hortikulura) dengan kepemilikan lahan minimal 1.000 meter2.

Sudah ada kelompok yang mengembangkan pertanian organik yakni Kelompok Tani Nangrang yang memiliki jumlah anggota 35 orang. Namun demikian tidak semua anggotanya mempraktikkan pertanian organik. Dari 35 petani anggota hanya beberapa petani yang mengimplentasikan pertanian organik. Untuk pasar meliputi Tangerang dan Bogor.

Untuk mendorong petani secara lebih massif melakukan pertanian organik, menurut ketua kelompok tani dibutuhkan beberapa pendekatan:

  1. Sosialisasi / penyadaran petani, yaitu melakukan pendampingan secara insten termasuk penguatan kelompok
  2. Permodalan
  3. Pelatihan – pelatihan tentang pertanian organik
  4. Pemasaran hasil produksi pertanian organik
  5. Sertifikasi organik.

PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah di ketuai oleh Pak Didin, tetapi kegiatan diserahkan kepada komunitas anak muda di desa. Komunitas ini dibawah komando Karang Taruna desa Pulosari.

Yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah :

  1. Mesin pencacah ; saat ini kapasitas hanya 1 ton
  2. Pelatihan pengelolaan sampah
  3. Administrasi pengelolaan sampah

Untuk pengelolaan sampah baru proses awal, jadi belum berjalan secara kontinue.

RESTORASI

Restorasi berupa penanaman dan reboisasi hutan. Kegiatan ini melibatkan masyarakat di kampung Kiara Beres, Ketua P. Maman. Masyarakat diajak untuk mengolah hutan bekerjasama dengan Taman Nasional Halimun Salak.Wilayah Kiara Beres merupakan daerah yang berdekatan dengan Taman Nasional. ( Berbatas langsung dengan hutan )

  • Lahan digarap kelompok tani
  • Wilayah garapan petani ada di luar kawasan hutan maupun di dalam hutan ( nama petani terdata dan tercatat oleh TNHS )

KOPERASI AMANAH MADANI

Kegiatan dimulai tahun 2014 yaitu kegiatan 1juta = 1 pohon, artinya nasabah yang meminjam 1 juta maka diwajibkan menyumbang 1 pohon dengan diwujudkan Rp.2.000,-. Saat ini sudah melakukan reboisasi 10 hektar dengan perawatan minimal 2 tahun. Pohon yang ditanam merupakan pohon endemi asli Pulosari yang meliputi : Rakmalaya, Kuru, Saminten. Pohon buah adalah Harendong.

Ada 5 program koperasi AMANAH MADANI – PROGRAM SWADESI

  1. Pohon /  Restorasi
  2. Maintenance sampah keluarga
  3. Setiap anggota diwajibkan punya 2 buah tempat sampah

Kemampuan memilah sampah belum ada.

  • Marketing melibatkan 400 anggota dan 1500 calon anggota
  • Pertanian ramah lingkungan meliputi pengelolaan
  • Tanah
  • Air

Bekerjasama dengan kelompok tani dengan membuat rumah kompos. Untuk pertanian ramah lingkungan bekerjasama sama dengan SCI melalui Star Energy. Isinya adala isyu kampanye pemakaian pupuk kimia. Dimulai dari hulu dampai dengan hilir. Hanya pemasaran saja yang belum berjalan.

  • Air dan Sanitasi
  • Kampanye ( Lingkungan ) melalui sekolah mulai dari RA / TK dan SD

RUMAH KOMPOS

  1. Kebutuhan dasar
  2. Penguasaan materi organik
  3. Kemampuan publikasi
  4. Market produk

Kendala :

  1. Kapasitas mesin
  2. Musim hujan susah kering ( ada ide membuat oven manual )

KELOMPOK TANI

Kelompok tani Nangrang. Ketua pak Rukhiyat

Pada kelompok Nangrang secara prinsip mengoptimalkan potensi panen. Pemahaman organik masih terdistorsi wacana organik dinas pertanian yang cenderung reduktif. Masih menggunakan kimia dengan presentaisi 5 %. Sudah melakukan selama 4 tahun dengan standar pengurangan penggunaan kimia sesuai standart organik yaitu :

MUSIM KIMIA ASUPAN ALAMI
TAHUN I
I 100% 90%
II 90 % 80 %
III 80% 60%
TAHUN II
I 60 % 40%
II 40% 30%
III 30% 20%
TAHUN III
I 20% 15%
II 15% 10%
III 10% 5%

Sampa1 tahun ke 4 maka kima yang digunakan hanya 5 %.

Semua petani mengimplementasikan teori yang di dapat tetapi tidak kontinue, karena inginya instan dan tidak mau repot. Petani hortikultura Kelompok Nangrang terdiri dari : 14 petani hortikultura, dan 40 anggota petani sawah / pangan padi.

Permasalahan

  1. Tidak ada pertemuan rutin ( andaikata ada permasalahan hanya melalui sebatas ngobrol saja )
  2. Organik belum dihargai

Komuditas yang di tanam adalah Ketimun, Cabe. Luas lahan minimal 3.000 meter2.

Dalam perhitungan yang dipraktekkan oleh pak Rukhiyat, untuk non organik membutuhkan biaya 5 juta tetapi organik hanya 1.5 juta dengan komuditas ketimun. Rumah kompos dikelola oleh pak Rukhiyat dari tahun 2014.