- Desember 9, 2015
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Umum
Bogor Organic Fair (BOF) ke-5 kembali berlangsung di Bogor, tepatnya di GOR Pajajaran Bogor selama tiga hari, 11-13 September 2015. BOF kali ini dimeriahkan dengan Tarian Tradisional “Tari Kacida” dari Sanggar Bagaskara, yang menceritakan tentang anak-anak pemulung yang ingin mencapai cita-citanya. Tahun ini BOF mengambil tema “Organic Street Food” dimana ingin menunjukan bahwa produk organik makin dekat dengan masyarakat dan dapat diperoleh dengan mudah.
“Bogor Organic Fair merupakan sebuah even tahunan yang diselenggarakan AOI untuk perkembangan pertanian indonesia. Harapan kita pertanian organik menjadi pertanian yang bisa berkembang untuk kesehatan konsumen kita,” jelas Rasdi Wangsa, Direktur Eksekutif Aliansi Organis Indonesia (AOI) dalam sambutannya saat Pembukaan (11/9).
“Even ini akan terus terselenggara setiap tahun dan saya berharap agar mendapat dukungan dari kita semua. Kami dari AOI selama ini bekerjasama dengan 118 anggota di 20 provinsi di Indonesia, dan terus berupaya untuk bisa mengembangkan pertanian organik da n bekerja sama dengan kawasan Asia. Semoga pertanian organik ini menjadi pertanian yang kita harapkan bersama,” lanjutnya.
Kepala Dinas Pertanian Bogor, Ir. H. Azrin pun turut menyambut baik gagasan Bogor Organic Fair ke-5 ini. “Apresiasi ini saya sampaikan karena berharap menjadi ruang untuk mengekspresikan dan mengembangkan serta menggunakan bahan-bahan organik yang diolah tanpa pestisida,” tegasnya.
Andrew Leu, Presiden IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) yang untuk kedua kalinya hadir membuka Bogor Organic Fair (2014 Andre Leu membuka Bogor Organic Fair 4, 2014-red), menyatakan bahwa acara BOF ke-5 ini bisa memberikan kesadaran bagaimana bahaya penggunaan pestisida pada makanan konvensional. Pemerintah Indonesia telah menyediakan 1000 desa organik, ini merupakan suatu inisiatif yang bagus sekali.
Sementara itu Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, MM menyampaikan bahwa masalah pertanian ini sangat penting bagi kita semua karena berurusan dengan 245 juta populasi penduduk Indonesia. Kita harus melakukan terobosan-terobosan dengan menyediakan dan menggunakan lahan pertanian untuk keberhasilan pertanian rakyat Indonesia.
“Pembangunan pertanian selama ini telah memberikan lompatan-lompatan dari sisi produktifitas yang kemudian pangan kita cukup tersedia. Namun di sisi lain memang ada kelemahan-kelemahan yaitu ketergantungan terhadap faktor input dan output yang tidak bisa dihindari yang bisa berdampak pada kerusakan lingkungan dan menggangu kesehatan,” ungkapnya. (RST/ANP/SNY)