- Agustus 29, 2017
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Referensi

RIO AFIAT, STAF KONSORSIUM AOI
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Bambu jadi solusi kongkrit mereduksi pemanfaatan kayu dalam upaya penyelamatan hutan.
“Ternyata tidak hanya di televisi saja kita melihatnya. Disini kami bisa membuatnya juga”, itulah statement pertama dengan penuh semangat dilontarkan oleh laki-laki yang akrab dipanggil Uju Ahmad ketika diminta pendapat tentang program pemanfaatan bambu sebagai hasil hutan non-kayu di daerahnya.
Kemudian dia melanjutkan cerita tentang pengalamannya dalam pemanfaatan bambu yang diperolehnya beberapa bulan terakhir. Seraya memamerkan beberapa produk peralatan rumah tangga yang terbuat dari bambu hasil karya dari tangannya sendiri.
Pria yang bernama lengkap Ahmad Rahmad (62) dipercaya memimpin Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Batang Tau, Desa Sri Wangi, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Larut dalam cerita tentang bambu di daerahnya yang selama ini dianggap tidak ada manfaat dan hama bagi kebun masyarakat ternyata memiliki manfaat dan fungsi yang sangat luar biasa ketika kita mampu dan mau mengolahnya.
Millennium Challenge Account – Indonesia ( MCA-I ) melalui Konsorsium Aliansi Organis Indonesia (AOI) telah melakukan intervensi program “Pengembangan Hutan Desa melalui Pemanfaatan HHBK dan Jasa Ekosistem secara Berkelanjutan Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Rendah Emisi melalui pemanfaatan bambu di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat”.
Program tersebut telah berjalan sejak Bulan Agustus 2016 hingga sekarang. Konsentrasi program ini berada di 5 desa yaitu Desa Sri Wangi, Desa Nanga Jemah, Desa Nanga Sangan-Kecamatan Boyan Tanjung, Desa Nanga Yen-Kecamatan Hulu Gurung, dan Desa Tanjung-Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas hulu.
Hal ini ditegaskan oleh Imanul Huda (47) selaku Manajer Program tersebut. Beliau menambahkan bahwa kondisi masyarakat pulau Kalimantan dengan ketergantungan akan kayu begitu besar dalam kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan kondisi kayu hutan yang kian hari kian menipis.
“Maka dibutuhkannya alternatif pilihan pengganti kayu, dan bambu adalah jawabannya”, tegasnya sambil menggambarkan potensi bambu di Kalimantan Barat yang banyak dan belum tersentuh secara pengelolaannya. Inilah yang mendasari program pemanfaatan bambu ini dilakukan.
Senada dengan yang disampaikan oleh Muhammad Nur (45) Plt Kepala Desa Sri Wangi, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan antusias menyambut berjalannya program pemanfaatan bambu di Desa yang dipimpinnya. Desa Sri Wangi yang ditunjuk sebagai lokasi sentra pengolahan bambu di Kabupaten Kapuas Hulu.
Dalam waktu dekat akan didirikan industri pengelohan bambu. Industri bambu ini akan menghasilkan produk-produk olahan bambu seperti: tusuk sate, tusuk gigi, supit makanan, berbagai produk mebel, kerajinan, dan berbagai produk olahan berbahan dasar bambu lainnya yang dikelola dan dihasilkan oleh masyarakat Desa Sri Wangi dan sekitarnya. Sebanding lurus dengan semangat masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari dimulainya penanaman bambu, perawatan rumpun bambu, dan produksi produk-produk kerajinan bambu dari hasil pendampingan konsorsium AOI. Bambu adalah solusi kongkrit untuk mereduksi pemanfaatan dan ketergantungan kayu dalam upaya penyelamatan hutan, air, dan udara demi penghidupan yang berkelanjutan.
_____________________________________________________________
Sumber:
http://pontianak.tribunnews.com/2017/04/28/aoi-latih-warga-manfaatkan-bambu?page=2 . Jumat, 28 April 2017 17:34