- Januari 27, 2017
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Umum
![](https://aoi.ngo/wp-content/uploads/2022/01/2-1110x550.jpg)
Untuk menjaga hutan secara berkelanjutan, perlu ada motivasi yang kuat bagi masyarakat pengelola hutan. Beberapa pendekatan yang sangat strategis dalam memotivasinya adalah dengan mengembangkan sumber daya alam setempat menjadi bernilai ekonomis secara berkelanjutan dan organik.
Desiran angin menerpa dedaunan menebarkan suasana alam pedesaan yang alami. Di langit, warna biru berhias mega putih berarak. Warga di kampung pun nampak ceria. Laki-laki dan perempuan duduk di teras rumahnya masing-masing, sebagian memilih berjalan-jalan sambil mengajak anak-anak balitanya bermain. Sedangkan anak-anak bermain bersama teman-temannya. Lapangan kecil di samping masjid di tengah perkampungan menjadi pusat keramaian anak-anak desa di kawasan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ini.
Langit pun mulai menguning, menandakan sang surya yang sebentar lagi akan tenggelam. Dan, ratusan burung senja yang setiap sore melintas di atas desa itu seolah-olah terpanggil oleh kilauan sang surya di ufuk barat. Kawanan burung biasanya berisi sekitar 20 ekor sekali melintas. Sebagian ada yang hanya 10 ekor, sebagian lagi lebih banyak mencapai ratusan ekor. Di antara kawanan burung sriti itu terkadang muncul beberapa jenis burung besar dengan kepak sayap yang agak panjang terbang tenang menyalip kawanan sriti.
Senja makin beranjak. Bulatan bola api sang surya semakin turun, mengecil seakan tertelan belahan Pegunungan Muller-Schwaner. Alam pun mulai gelap. Kawasan Pegunungan Muller-Schwaner di Kalimantan Barat, tempat berlangsungnya Proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity Project) diketahui sebagai habitat penting bagi kehidupan liar flora fauna, termasuk spesies yang terancam dan berstatus endemik Kalimantan. Kawasan ini menampung sekitar 34% jenis tumbuhan endemik, langka, dan eksotis yang ditemukan oleh studi terbaru. Beberapa tanaman asli berpotensi menjadi tanaman obat dan beberapa lainnya belum diketahui manfaatnya. Satwa langka, endemik, dan terancam punah seperti owa Kalimantan (Hylobates muelleri), Orangutan Borneo, macan dahan, dan beruang madu juga turut menghuni dataran hutan yang lebih rendah di kawasan pegunungan ini.
Sementara itu masyarakat di lima desa yang mendiami lokasi proyek ini masih menggantungkan kebutuhan hidupnya dari sumber daya hutan yang ada di desa. Mereka masih mengumpulkan buah-buahan dan sayur-sayuran dari hutan, berburu untuk memenuhi kebutuhan protein, penyedia air bersih dan air minum, kebutuhan kayu dan tanaman obat.
Untuk menjaga hutan secara berkelanjutan, perlu ada motivasi yang kuat bagi masyarakat pengelola hutan. Beberapa pendekatan yang sangat strategis dalam memotivasi masyarakat untuk terlibat aktif menjaga hutannya adalah dengan mengembangkan sumber daya alam setempat menjadi bernilai ekonomis dan memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat setempat. Selain itu juga dengan menerapkan pola pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan seperti pertanian organik untuk tanaman padi, sayur-sayuran dan lainnya. Dengan pertanian organik, diharapkan petani sekitar hutan khususnya di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat bisa memanfaatkan potensi alam sekaligus menjaga keberlangsungan dan kelestarian alam untuk meningkatkan taraf kehidupannya.
Dalam mengembangkan pertanian organik yang berkelanjutan, petani Kapuas Hulu diajak berpikir ulang tentang pentingnya menggunakan bahan-bahan alami untuk mengolah areal persawahan secara berkelanjutan. Selain itu juga menyadarkan petani agar tidak lagi menjadi korban dari kapitalisme dan globalisasi yang melanda wilayah pertanian saat Revolusi Hijau lalu. Dimana petani dipaksa menggunakan bibit sintetis produksi asing, menggunakan pupuk kimia sintetis yang berbahaya dan memodernisasi peralatan pertanian. Akibatnya sangat fatal, seperti merusak unsur hara tanah yang mengakibatkan tanah persawahan menjadi keras dan tidak subur lagi, menimbulkan ketergantungan petani. Selain itu penggunaan bibit sintetis menuntut setiap siklus pertumbuhan tanamannya untuk menggunakan pupuk sintetis pula. Dan paparan bahan-bahan kimia sintetis inilah yang nantinya akan memunculkan penyakit degeneratif.
Mengapa Pertanian Organik?
Pertanian organik sesungguhnya sudah dipraktikkan sejak masa berburu dan meramu dan kini muncul sebagai perlawanan terhadap pertanian non organik yang khas Revolusi Hijau dan menimbulkan permasalahan. Di antaranya pencemaran lingkungan akibat bahan kimia sintetis, hilangnya bibit asli yang alamiah (organik), serta sistem pertanian yang mengarah pada “industrialisasi” membuat buruh tani kian terancam kehidupannya.
Di awal perkembangannya, pertanian organik ingin memulihkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan pertanian non organik, mengembalikan hubungan harmonis antara alam dan manusia, meningkatkan taraf hidup petani, mengatasi persoalan marjinalisasi lingkungan dan mendorong kedaulatan petani. Selain itu meningkatkan kesehatan petani dan konsumen yang mengonsumsi hasil panen organik. Dalam pertanian organik, petani menggunakan bahan-bahan organik atau alami, mengutamakan kearifan lokal dalam semua perlakuan mulai pembibitan, pengolahan lahan, pemilihan peralatan hingga pasca panen. Bahkan dalam distribusi dan pembagian hasil juga memperhatikan prinsip-prinsip sosial, kemanusiaan dan adil.
Bagaimana Pertanian Organik?
Proses pertanian organik dimulai dengan mengembalikan kondisi tanah menjadi alami. Dalam tahap ini, tanah kembali dikondisikan seperti semula yaitu sebelum terpapar bahan-bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida kimia sintetis). Dalam proses ini disebut masa konversi (menunggu), selama beberapa tahun (3 tahun untuk tanaman tahunan, dan 2 tahun untuk tanaman musiman). Dalam proses menunggu ini, unsur-unsur hara dan unsur alamiah tanah lainnya akan kembali pulih dengan penggunaan bahan-bahan organik.
Tahap berikutnya adalah pemilihan bibit. Bibit tanaman adalah bibit organik. Selanjutnya dalam penanaman juga bersifat heterogen, ada beberapa jenis dalam satu lahan pertanian organik. Misalnya untuk pertanian padi organik, selain tanaman padi yang utama, di sekitarnya juga ditanam jagung dan sayuran sebagai tanaman pendukung. Dengan penanaman heterogen ini, selain mengembalikan fungsi alami juga bermanfaat untuk mendukung perekonomian petani. Sayuran bisa dipanen untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, sedangkan padi bisa dipanen untuk mencukupi kebutuhan pokok lainnya.(*)
Oleh: M. Syaiful Rohman, Manager Monitoring dan Evaluasi Green Prosperity Project Aliansi Organis Indonesia