Menanam Kedaulatan: Pelatihan Benih Padi Lokal untuk Petani di Sumatera

Pada 22–25 April 2025, Aliansi Organis Indonesia (AOI) mengadakan Pelatihan Budidaya, Pemuliaan, dan Penyilangan Benih Padi Lokal di Sidikalang, Sumatera Utara. Pelatihan ini diikuti oleh para pendamping tani dan petani dari berbagai wilayah di Sumatera. Di tengah berbagai tantangan pangan saat ini, pelatihan ini menjadi langkah nyata untuk merebut kembali kedaulatan benih, sebuah fondasi penting bagi kedaulatan pangan bangsa.

Kita tak bisa bicara kedaulatan pangan tanpa berbicara soal benih. Sejak masa Revolusi Hijau, untuk meningkatkan produksi pangan dunia petani Indonesia perlahan terputus dari tradisi dan pengetahuan lokal mereka. Benih lokal tergantikan oleh benih-benih pabrikan yang hadir sepaket dengan pupuk dan pestisida kimia. Petani diposisikan sebagai pengguna, bukan lagi penjaga dan pemulia benih.

Di sinilah pentingnya pelatihan ini, yakni menghidupkan kembali pengetahuan tentang benih lokal padi, yang kini menjadi makanan pokok mayoritas rakyat Indonesia, sekaligus menguatkan petani sebagai aktor utama dalam sistem pangan.

Belajar dari Akar: Metode Pedagogi Partisipatif

Selama empat hari, pelatihan berlangsung dalam suasana dialogis dan partisipatif. Alih-alih pendekatan satu arah, Bapak Joharipin sebagai pemulia benih dan narasumber dalam pelatihan ini mengusung metode pedagogi yang dimulai dengan menggali pengalaman dan pengetahuan dari peserta. Proses belajar menjadi ruang bertukar cerita dan praktik antar petani, memperkaya pemahaman dari bawah.

Hari pertama dan kedua diisi dengan materi dasar mengenai sifat fisik, biologi, dan kimia tanaman padi. Peserta diajak mengenali keragaman benih padi lokal Sumatera dan memahami mekanisme reproduksi tanaman, jenis-jenis bunga padi, hingga waktu ideal untuk melakukan proses perkawinan atau penyilangan.

Dari Teori ke Praktik: Merawat Harapan dalam Setiap Butir Benih

Hari ketiga dan keempat difokuskan pada praktik langsung. Peserta belajar memilih induk tanaman, baik betina maupun jantan, yang akan disilangkan. Mereka juga mempraktikkan teknik penyerbukan manual dan merawat benih hasil penyilangan.

Namun penyilangan benih tidak berhenti di satu musim. Hasilnya belum stabil secara genetika, dan diperlukan proses seleksi berulang selama 7 hingga 8 musim tanam untuk mendapatkan varietas unggul yang sesuai harapan. Karena itu, peserta juga belajar mencatat galur benih secara sistematis—langkah penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses seleksi benih unggulan.

Mengembalikan Kedaulatan Petani

Pelatihan ini bukan sekadar transfer ilmu, melainkan bagian dari gerakan besar untuk mengembalikan kontrol benih ke tangan petani. Dengan menguasai kembali proses budidaya, pemuliaan, dan penyilangan, petani-petani kecil dapat bangkit sebagai penjaga keberagaman hayati dan pelaku utama dalam sistem pangan berkelanjutan.

Di tengah krisis pangan global dan tantangan perubahan iklim, membangun kedaulatan benih lokal adalah investasi masa depan—bukan hanya untuk petani, tetapi untuk seluruh bangsa.