- Agustus 29, 2017
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Umum
![](https://aoi.ngo/wp-content/uploads/2022/01/2-1110x550.jpg)
Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu menetapkan Desa Nanga Yen sebagai salah satu lumbung padi kabupaten. Sebagai salah satu lumbung padi kabupaten terbilang ironi dengan data Bupati Kapuas Hulu yang menginformasikan dalam setahun kekurangan produksi sebanyak 11.000 ton/tahun. Pengembangan pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan ini berada pada kawasan perdesaan yaitu di Desa Nanga Yen.
Secara umum, kondisi persawahan di Nanga Yen begitu luas dengan status kepemilikan anggota 4 Kelompok Tani. Pengelolaan sawah yang belum optimal dan masih terpaku pada pengalaman menyebabkan produktifitas padi dari tahun ke tahun terus menurun. Meningkatkan produktifitas perlu dilakukan perbaikan sistem intensifikasi dan ekstensifikasi.
Dalam upaya mewujudkannya, konsorsium Aliansi Organis Indonesia didanai MCA-Indonesia untuk melaksanakan program pertanian berkelanjutan. Beberapa rangkaian pelatihan dari pra tanam sampai pasca tanam. Selain itu, pentingnya pengorganisasian petani dan internal control system dalam mendukung sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang lebih memanfaatan sumber daya lokal untuk memperbaiki dari kondisi lahan serta produksi. Selain itu, lebih ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan biaya produksi yang mahal.
Kegiatan yang telah berlangsung dari bulan November hingga Desember 2016 berjalan dengan baik. Lahan yang digunakan sebagai lahan demplot merupakan lahan petani Desa Nanga Yen yang berada di kelompok Tengkuyung 2 dengan luasan lahan 3000 m2. Lahan yang digunakan merupakan lahan bera ± 5 – 8 bulan yang di biarkan begitu saja sehingga tumbuh rerumputan liar. Lokasi dari lahan demplot ini satu blok dengan lahan petani Desa Nanga Yen khususnya kelompok Tengkuyung 2.
Kegiatan penanaman telah diikuti oleh 96 orang (laki-laki=46 orang, perempuan= 50 orang) yang terdiri dari Kelompok Tani, Koperasi Unyab Bina Usaha, dan MABM. Pada demplot padi sawah di Nanga Yen ini sudah menerapkan teknik System Of Rice Intensification-SRI – Organik dengan sistem tanam Jajar Legowo. System Of Rice Intensification-SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983-1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Perancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam Bahasa Perancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Hasil akhir yang didapat, dari total luas lahan 0,3 ha yang ditanami 2 jenis padi yaitu Raja Baloi dan Raja Yen. Dalam perkembanganya terdapat 0,15 ha (50%) padi tumbuh dengan cukup baik meskipun tidak dilakukan pemeliharaan secara maksimal. Tanggal 2 April 2017 menjadi hari bersejarah bagi petani di Nanga Yen bahwa pada saat itu dapat melakukan pemanenan padi organik. Pemanenan dilakukan secara tradisional menggunakan ani-ani. Kegiatan ini telah diikuti oleh 67 peserta yang terdiri dari 30 perempuan dan 37 laki-laki. Mereka yang hadir dalam kegiatan ini, Sekretaris Desa, Fasilitator Program Pertanian Berkelanjutan, dan Koordinator Lapang. Sekretaris Desa Nanga Yen, Bapak Karnadi menilai bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal bagi Desa Nanga Yen untuk menuju kemandirian pangan, apalagi dalam praktek budidayanya menggunakan sistem pertanian organik. Ini juga menjadi langkah awal bagi kami untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Pemanenan dilakukan pada umur panen mencapai 107 hari dengan kriteria tanamaan sudah menguning, malai sudah merunduk, bulir padi sudah menguning, dan bulir padi sudah mengeras.
Hasil panen yang didapat dari varietas Raja Yen yaitu 450 kg Gabah Kering Panen dan varietas Raja Baloy 125 kg Gabah Kering Panen. Berdasarkan hasil panen tersebut dapat menghasilkan Raja Yen sebanyak 220 kg beras dan raja Baloy sebanyak 60,5 kg beras. Berdasarkan hasil panen tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil panen bagus, karena dalam 1 kg benih dapat menghasilkan 100 kg beras.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa varietas Raja Yen menghasilkan beras sebanyak 221,4 kg dan varietas Raja Baloy sebanyak 61,5 kg beras terdapat selisih antara hasil panen di lapangan dengan hasil panen varietas Raja Yen 220 kg beras dan raja Baloy 60,5 kg beras. Selisih ini terjadi karena beberapa faktor seperti; adanya gabah hampa, beras menyangkut dimesin penggilingan, dan beras tercecer. Namun, dapat disimpulkan bahwa beras yang dipanen dalam kategori baik.
Hasil panen padi disimpan dirumah koordinator lapang sebelum disimpan di lumbung padi yang akan segera dibangun. Padi yang di panen ini merupakan varietas baru di Desa Nanga Yen. Benih ini didapatkan di Kabupaten Kapuas Hulu dari seorang petani tua yang memberikan 2 jenis benih yang berbeda yang biasa disebut padi lokal. Varietas ini kemudian ditanam dan beri nama Raja Yen dan Raja Baloi. (DYH)
#latepost