- Januari 17, 2018
- Posted by: Divisi Media
- Categories: Artikel, Berita Referensi
PEMATANG SIANTAR, MINGGU – Produk pertanian organik dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara masih sulit dipasarkan. Bahkan karena tak bisa menembus pasar khusus, produk organik asal Sumatera Utara terpaksa dijual layaknya produk pertanian yang biasa menggunakan pupuk kimia.
Menurut petani organik di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara, OP Purba, meski dari sejak pengolahan lahan hingga pemeliharaan tanaman dari serangan hama, petani sudah menggunakan pupuk dan pestisida organik, namun saat panen tiba, produk organik mereka ta k bisa dipasarkan secara khusus. “Sebenarnya dari hasil panen maupun kualitas produk pertanian organik kami tak kalah dengan produk pertanian yang menggunakan pupuk kimia. Tetapi itulah kelemahan kami. Kami masih belum bisa memasarkan secara khusus produk pertanian organik ini,” ujar Purba di Pematang Siantar Sabtu (12/7).
Menurut Purba, tak jarang produk pertanian organik bahkan bisa mengungguli produk pertanian yang menggunakan pupuk kimia. Purba mencontohkan, dengan pupuk organik dan perawatan menggunakan pestisida organik, dia bisa menghasilkan satu kilo gram kentang hanya dengan tiga buah. Purba dan kelompok taninya membudidayakan produk organik mulai dari sayuran hingga jeruk dan kopi.
Purba mengungkapkan, bersama anggota kelompok taninya yang berjumlah 20 orang, mereka sebenarnya sempat mendapat bantuan mesin pembuat kompos dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan mesin seharga Rp 40 juta ini, petani bisa mengolah rumput hingga jerami padi menjadi bahan kompos. Mesin ini juga bisa mencampur kompos dengan bakteri pengurai.
Namun kata Purba, bantuan pemerintah daerah sebatas hanya membuat petani beralih tidak lagi menggunakan pupuk kimia. “Selebihnya ya kami masih tak bisa memasarkan produk organik ini secara khusus, berbeda dengan produk pertanian yang menggunakan pupuk kimia biasa,” katanya.
Menurut konsultan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Simalungun Janri P Damanik, produk pertanian organik semestinya bisa lebih mahal dibanding produk pertanian yang menggunakan pupuk kimia. “Petani organik kan membantu masyarakat agar bisa sehat dengan mengkonsumsi produk-produk bebas bahan kimia dan pes tisida. Produk yang membantu kesehatan masyarakat, harus dihargai lebih mahal dari produk pertanian biasa,” katanya.
Menurut Janri, yang bersama kelompok taninya sudah bisa memasarkan bakteri pengurai, konsumen masih belum banyak yang sadar bahwa produk pe rtanian organik membantu mereka mendapatkan kesehatan dari konsumsi makanan sehari-hari. Pemerintah kata Janri juga tak bisa berbuat banyak karena ditekan kepentingan produsen pupuk kimia besar.
Akhirnya kata Janri, produk pertanian organik baru bisa dipasarkan dalam skala dan konsumen yang sangat terbatas. “Hasil sayuran organik yang saya tanam hanya bisa dipasarkan ke tetangga-tetangga yang memang mengenal bahwa produk ini bebas dari bahan kimia,” katanya.
Untuk bisa memasarkan secara khusus, menurut Purb a, petani organik membutuhkan dampingan ahli pemasaran dan investor. Dia mengatakan, banyak petani di Sumut yang sebenarnya sudah mulai beralih menggunakan pupuk dan pestisida organik. Namun di tengah jalan mereka terhadang ancaman, tak bisa memasarkan produknya secara khusus. “Kami ini kan enggak tahu bagaimana cara mengemas produk untuk dijual di supermarket. Banyak di antara kami yang tak tahu bagaimana menembus pasar di kota-kota besar seperti Medan. Kalau sama saja dengan produk pertanian biasa, mereka selalu bilang, ngapain harus susah-susah mengolah bahan-bahan pupuk organik,” katanya.
Penulis : Khaerudin
Sumber : https://goo.gl/zsFbTP