Selangkah Lebih Maju untuk Budidaya Sorgum Berkelanjutan

SLI 2 di Desa Satar Padut

Sekolah Lapang Iklim (SLI) ke-2 yang diselenggarakan pada tanggal 17–18 Juni 2025 di Desa Dampek, Kabupaten Manggarai Timur, merupakan bagian dari rangkaian pelatihan petani yang diinisiasi oleh Yayasan Ayo Indonesia bekerja sama dengan Aliansi Organis Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam menerapkan sistem pertanian berkelanjutan berbasis ekosistem, khususnya dalam budidaya tanaman sorgum, serta memperkenalkan praktik pertanian organik dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

Kegiatan diikuti oleh 30 orang peserta dari kelompok tani setempat. SLI 2 dibuka secara resmi oleh pihak penyelenggara dan didampingi oleh narasumber utama, Bapak Mansianus Jemarus, SP., serta Bapak Yosep Subarsi dari PPL/POPT. Pelatihan ini diawali dengan pre-test untuk mengukur pemahaman awal peserta, dan diakhiri dengan post-test untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan setelah kegiatan.

Pada hari pertama, peserta diberikan pemaparan materi tentang fase-fase pertumbuhan tanaman sorgum, agroekosistem yang sesuai untuk budidaya sorgum, teknik pemupukan dasar dan susulan, serta pengenalan terhadap pembuatan pupuk kompos dan pestisida nabati. Peserta juga diperkenalkan metode penentuan tanaman contoh dan teknik pengamatan lapangan secara berkala untuk menganalisis pertumbuhan dan gangguan pada tanaman. Selain itu, peserta belajar membaca dan menggunakan kalender musim sebagai acuan dalam menyusun jadwal tanam dan pemeliharaan sorgum.

Pada hari kedua, kegiatan difokuskan pada praktik lapangan. Peserta mendapat pengarahan teknis mengenai cara pemupukan, penyiangan, serta penyemprotan pestisida nabati. Mereka juga melakukan pengamatan terhadap masing-masing varietas sorgum menggunakan lima tanaman sampel di setiap petak. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil pengamatan kelompok, yang kemudian dianalisis secara bersama-sama. Dari hasil pengamatan ke-2, disimpulkan bahwa tanaman menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Perbedaan pertumbuhan antar tanaman disebabkan oleh variasi kesuburan tanah dan keberadaan tanaman penaung.

Selain fokus pada tanaman sorgum, peserta juga dilatih cara membuat dan mengaplikasikan bahan-bahan hayati organik seperti PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), pestisida nabati dari daun lokal, dan BIOSAKA—sebuah herbisida alami sekaligus stimulan pertumbuhan tanaman berbasis energi hayati dan kearifan lokal. Semua praktik dilakukan dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar petani.

Secara umum, kegiatan ini membekali peserta dengan ilmu praktis dan pendekatan ekologi pertanian yang relevan untuk kondisi lahan dan iklim setempat. SLI 2 juga mendorong petani untuk lebih mandiri dalam mengelola sistem pertanian mereka dengan memanfaatkan teknologi organik berbasis sumber daya lokal, serta meningkatkan kesadaran kolektif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan produktivitas lahan.