Tidak Hanya Menanam, Kini Petani Wonogiri Paham Ekologi Tanah

Pelatihan Ekologi Tanah berlangsung pada 11–13 April 2025 di Desa Sendangmulyo, Wonogiri, diikuti oleh 36 petani dari berbagai kelompok tani dan Karang Taruna. Kegiatan ini didampingi oleh staf Yayasan Gita Pertiwi, Aliansi Organis Indonesia, dan narasumber. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman petani soal kesuburan tanah dan konservasi lahan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam praktik pertanian berkelanjutan.

Hari pertama diisi dengan pre-test dan materi dasar tentang perubahan iklim, sifat tanah, hingga pengelolaan air. Hari kedua difokuskan pada praktek uji sifat kimia dan fisik tanah menggunakan berbagai metode seperti PUTS, uji KTK, uji daya tahan air, hingga pengecekan tekstur dan aerasi tanah. Hasil uji menunjukkan bahwa tanah dari sawah organik cenderung memiliki kualitas lebih baik, terutama dalam hal kandungan kimia dan daya simpan air.

Di hari ketiga, peserta melakukan praktek melihat sifat biologi tanah dengan mengamati organisme seperti cacing. Mereka juga belajar membuat pestisida nabati dari bahan alami seperti gulma, air kelapa, tempe, dan nanas. Sebagai tambahan, peserta melakukan pengamatan di lahan Sekolah Lapang Iklim, yang menunjukkan pertumbuhan padi lebih cepat di sawah berkelanjutan. Untuk mengejar pertumbuhan, sawah organik direncanakan diberi pupuk organik cair yang telah disiapkan.

Selain mengikuti pelatihan, petani di Desa Sendangmulyo juga berbagi pengalaman tentang perlakuan yang biasa mereka lakukan di lahan. Beberapa petani menggunakan cara alami untuk mengusir hama seperti memukul raket atau kayu di sawah agar hama menjauh. Mereka juga sudah mulai menggunakan pestisida nabati buatan sendiri dari bahan-bahan alami sekitar. Untuk pengolahan tanah, sebagian petani rutin memberi pupuk kandang dari ternak mereka, terutama yang sawahnya berada dekat dengan kandang. Perlakuan-perlakuan ini menunjukkan bahwa petani sudah mulai menerapkan praktik ramah lingkungan dalam mengelola lahan mereka.

Sebagai kelanjutan dari kegiatan ini, pelatihan ekologi tanah juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Wonogiri yang masih terus berlangsung. Pengamatan di lahan demoplot akan terus dilakukan untuk melihat perkembangan pertumbuhan padi hingga masa panen, sambil mengevaluasi perlakuan-perlakuan terbaik yang ramah iklim. Rencananya, SLI ini akan terus mendampingi petani dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk organik cair dan pestisida nabati, agar petani lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim sekaligus menjaga kesuburan dan kesehatan tanah dalam jangka panjang.