Tengkawang merupakan salah satu komoditas hasil hutan yang sangat terkenal di Kalimantan Barat dengan biji yang dihasilkan dari pohon jenis meranti atau Shorea sp. Desa Nanga Yen memiliki pohon tengkawang yang cukup banyak di kawasan hutan. Masyarakat Nanga Yen masih memanfaatkan biji tengkawang untuk menghasilkan minyak atau lemak. Lemak dapat digunakan untuk bahan campuran cokelat, kosmetik, margarin, dan obat tradisional. Umumnya biji tengkawang dijual dalam bentuk biji yang dikeringkan, namun harga relatif murah yaitu sekitar Rp 1.500,- – Rp 3.000,-/kg. Jika masyarakat bisa memproduksinya dalam bentuk lemak, maka nilai jualnya bisa mencapai Rp 90.000,- – Rp 100.000,- /kg.
Bisnis tengkawang sudah lama dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan Barat, namun produk yang dijual berupa biji yang dikeringkan. Hingga sekarang produk ini masih sangat laku dipasaran. Penampung utama adalah PT. Wilmar yang berkedudukan di Pontianak dan pengumpul dari Malaysia, namun harga jual cenderung menurun sehingga petani kurang antusias untuk mengumpulkan biji tengkawang dari hutan. Program Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI) akan mendukung pengembangan inovasi produk tengkawang dari biji kering ke lemak, sehingga meningkatkan nilai tambah dari barang mentah menjadi setengah jadi. Pasar dari produk ini sangat diminati oleh perusahaan kosmetik. Sudah ada permintaan dari perusahaan kosmetik PT. Marta Tilaar dan Green Indonesia. Selain untuk bahan baku kosmetik, lemak tengkawang juga dapat digunakan sebagai bahan campuran cokelat. Usaha ini akan dikelola oleh koperasi desa yang sudah ada, yaitu Koperasi Serba Usaha Unyap Bina Usaha.
Maka dari itu pentingnya peningkatan mutu pengolahan biji tengkawang menjadi utama dalam kegiatan yang dikordinir oleh Konsorsium AOI yang terdiri dari Aliansi Organis Indonesia, Lembaga Lentera Hijau (LEH), Yayasan PRCF Indonesia (People Resources and Conservation Foundation), Rumpun Bambu Nusantara (RBN), Koperasi Serba Usaha Sidi Easi (KSU Sidi Easi), dan Koperasi Serba Usaha Unyap Bina Usaha (KSU Unyap Bina Usaha).
Kegiatan pelatihan ini telah dilaksanakan tanggal 13-14 Desember 2016 di Desa Nanga Yen, Kecamatan Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Peserta yang hadir sebanyak 45 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 31 perempuan.
Hasil dari pelatihan ini adalah: (1) Peserta pelatihan mendapatkan gambaran bahwa saat ini pemanfaatan kayu yang tidak bertanggung jawab akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan cara yang paling tepat adalah dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti buah tengkawang menjadi produk setengah jadi maupun barang jadi, (2) Peserta mendapatkan pengetahuan tambahan tentang pemanfaatan buah tengkawang melalui praktik pembuatan minyak anti serangga yang berbahan lemak tengkawang serta memanfaatkan sumber lemak tengkawang menjadi panganan yang sehat yaitu bolu kukus yang memanfaatkan lemak tengkawang sebagai bahan baku untuk pengganti mentega. (DYH)
 
#latepost



1 Komentar

Comments are closed.