Pentingnya empon – empon sebagai bahan obat-obatan, produk olahan jamu yang digunakan untuk merawat kecantikan dan menjaga kebugaran tubuh hingga saat ini juga, membuat empon-empon terus dicari dan menjadi komoditas yang tidak lekang oleh waktu ini. Kebutuhan di dalam maupun di luar negeri masih tetap tinggi. Hal ini tentu saja dapat menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, bahkan untuk kecantikan dapat memperoleh bahannya dari lingkungan. Tak heran, sesungguhnya  kekayaan alam di sekitar manusia sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan, salah satunya empon-empon. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman empon-empon sebagai obat.
Tanaman rimpang yang dikenal sebagai empon-empon (Jawa) atau rempah-rempah dapat digunakan sebagai ramuan tanaman, obat tradisional, atau jamu.  Pemakaian obat tradisional yang berasal dari tanaman rimpang ini tidak hanya oleh mereka yang tinggal di pedesaan, namun sekarang ini masyarakat kota sudah mulai meminatinya. Terbukti dengan banyaknya masyarakat perkotaan yang mengonsumsi obat tradisional dalam bentuk jamu instan, mulai dari jahe, kencur, temulawak dan lain-lain untuk merawat kecantikan dan menjaga kebugaran tubuh.
Petani di Indonesia mulai menyadari prospek budidaya empon-empon yang sangat tinggi ini. Wonogiri, Jawa Tengah termasuk salah satu daerah yang mengembangkan budidaya empon-empon dan termasuk daerah penghasil empon-empon sebagai bahan pembuat jamu. Wonogiri merupakan daerah terluas di wilayah Eks-Karisidenan Surakarta atau sekarang lebih dikenal dengan Solo Raya. Sebagian besar penduduk di Desa Sukoharjo, Wonogiri bekerja sebagai petani empon-empon selain padi.
Petani daerah Sukoharjo mengembangkan jenis empon-empon berupa jahe, kunyit, kunyit putih, kencur, temulawak, lengkuas/laos. Sebagian besar warga di Dusun Ngroto, Ngandong, Dalan Gedhe, Bonagung, Sendangsari, Dadapan dan Pule yang menanam empon-empon. Petani biasanyanya membudidayakan tanaman empon – empon secara turun temurun. Sedangkan penanamannya berada di sela-sela tanaman hutan tahunan seperti jati, mahoni, akasia yang berada di perbukitan.
Mengingat peran penting empon – empon sebagai bahan obat-obatan, produk olahan jamu yang digunakan untuk merawat kecantikan dan menjaga kebugaran tubuh hingga saat ini juga, tanaman ini masih terus dicari dan menjadi komoditas yang tidak lekang oleh waktu. Kebutuhan di dalam maupun di luar negeri masih tetap tinggi. Hal ini tentu saja dapat menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.
Untuk itu perlu ada upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas dari empon – empon, antara lain dengan :

  1. Penyediaan benih/bibit empon-empon yang bermutu.
    Benih merupakan faktor penentu dalam upaya peningkatan produksi tanaman (Sadjad, 1993). Dalam menilai suatu mutu benih dapat berdasarkan mutu genetik, fisiologis, fisik  dan  patologis. Mutu genetik ditentukan oleh derajat kemurnian genetik sedangkan mutu fisiologis ditentukan oleh daya berkecambah, viabilitas benih, dan vigor benih. Mutu fisik ditentukan oleh kebersihan fisik dan mutu patologis adalah mendeteksi ada atau tidaknya penyakit yang terbawa oleh benih.
  1. Persiapan media tanam.
    Media tanam untuk tanaman ini bisa bermacam macam. Bisa menggunakan tanah, pasir maupun pupuk organik. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah jika menggunakan tanah sebagai media tanam maka pilihlah jenis tanah yang gembur dan subur. Tanah yang gembur adalah tanah yang mempunyai komposisi tanah liat, pasir dan debu secara seimbang. Sedangkan tanah yang subur adalah tanah yang mengandung unsur hara yang kaya.
  1. Media pasir
    Media tanam pasir ini bisa kita gunakan jika tidak dapat menemukan tanah yang cukup gembur. Namun pastikan bahwa pasir yang digunakan adalah pasir yang mengandung tanah liat. Atau Anda bisa sedikit mencampurnya.
  1. Pembibitan
    Pilihlah tanaman empon-empon yang sudah tua dan sehat untuk dijadikan bibit tanaman. Bibit yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik. Ciri dari tanaman empon – empon yang sehat dapat bermacam-macam tergantung jenis tanamanya. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa tanaman empon – empon yang baik adalah tanaman empon – empon yang pertumbuhanya baik dan tidak terdapat penyakit. Daun tidak terserang hama, akar tumbuh simetris dan tanaman tampak gemuk.
  1. Penanaman
    Tanamlah bibit tanaman empon-empon pada media tanam yang telah dipilih dengan membuat lubang untuk meletakan bibit tanaman. Hal ini juga bisa dilakukan dengan menanamnya di polybag dan pot. Lubang yang dibuat disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman tersebut. Setelah itu tutup kembali lubang tersebut dan padatkan seperlunya. Jangan lupa beri siraman air supaya bibit tanaman tidak kekurangan air untuk pertumbuhanya.
  1. Pemeliharaan, pengamatan penerapan pertanian organik
    Pemeliharaan tanaman empon-empon cukup mudah yaitu hampir sama dengan tanaman-tanaman yang lain. Sirami dengan teratur, beri pupuk organik dan biopestisida untuk memaksimalkan pertumbuhan. Pengamatan penerapan sistem pertanian organik dapat dilakukan dengan inspeksi intenal dan juga inspeksi eksternal.
  1. Pemanenan
    Siklus panen rata-rata tanaman empon-empon adalah 10 bulan. Namun hal ini juga tergantung jenis tanaman empon-empon yang Anda tanam. Tanaman empon-empon yang siap dipanen adalah tanaman yang sudah melewati masa mengering yaitu daun dan batang sudah menguning.

Empon – Empon Organik oleh Kelompok Tani PPEO Wonogiri
Banyak potensi usahatani di Kabupaten Wonogiri. Salah satu adalah budidaya tanaman empon – empon yang tersebar di 10 kecamatan lebih. Salah satu kecamatan yang sebagian penduduknya bertani empon-empon adalah Kecamatan Tirtomoyo tepatnya di Desa Sukoharjo dan tergabung di Kelompok Tani Paguyuban Petani Empon – Empon Organik (PPEO) Wonogiri dengan pendampingan oleh Lembaga Studi Kemasyarakatan Bina Bakat (LSKBB).
Kelompok Tani PPEO Wonogiri di Desa Sukoharjo tersebar di 11 Dusun, yaitu Blaraksari, Sukoharjo, Tulakan, Jati, Pule, Dadapan, Bonagung, Dalan Gedhe, Sendangsari, Ngroto, dan Ngandong. Adapun data jumlah dan kualitas produksi petani empon-empon Kelompok Tani PPEO Wonogiri di Desa Sukoharjo sebagai berikut :

No Jenis Empon Empon Jumlah Panen Luas Lahan
1 Kunir 65 Ton / tahun 21 hektar
2 Lengkuas / Laos 15,2 ton / 2 tahun 2,63 hektar
3 Temulawak 2,25 ton / tahun 0,57 hektar
4 Jahe 4,5 ton / tahun 2,10 hektar

Sumber : Laporan perkembangan pertanian empon-empon Kelompok Tani PPEO Wonogiri Wonogiri-LSKBB
Untuk memasarkan empon – emponya, Kelompok Tani PPEO Wonogiri berupaya  dengan melakukan kunjungan ke perusahan jamu seperti PT. AIR MANCUR. Melalui kunjungan ini, petani bisa mendapatkan informasi berupa :

  1. Jenis komoditas empon – empon yang dapat diterima perusahaan jamu.
  2. Standar dan kualitas bahan baku dari empon – empon yang bisa diterima oleh perusahaan jamu.
  3. Penanganan pasca panen yang benar.
  4. Proses penjualan dan pembelian produk empon – empon di perusahaan jamu serta bisa membedakan kualitas empon – empon yang bisa diterima dengan kadar air kurang dari 10%.
  5. Proses penjaminan mutu produk empon – empon yang bisa diterima oleh perusahaan jamu (seperti tidak di tanah dan diiris dengan pisau stainless steel).(*)

 
Oleh : Nurhaniah Retno Eka, Staf Mutu dan Pemasaran Aliansi Organis Indonesia