Sekolah Lapang Iklim 3 di Manggarai Timur: Belajar Cuaca, Iklim, dan Sorgum Organik

Sekolah Lapang Iklim (SLI) ke-3 sukses dilaksanakan pada 28–29 Juli 2025 di Dampek, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini menjadi ruang belajar bersama bagi petani dan masyarakat untuk memahami kondisi cuaca serta dampaknya terhadap pertanian, dengan fokus khusus pada budidaya sorgum organik.

Kegiatan dibuka oleh Mas Gusto, dilanjutkan dengan perkenalan fasilitator lapangan dari AOI serta pengantar materi oleh narasumber utama, Pak Mansi. Sebanyak 24 peserta dari berbagai latar belakang (laki-laki dan perempuan) mengikuti sesi pretest untuk mengukur pemahaman awal mereka mengenai iklim dan pertanian.

Memahami Cuaca dan Iklim

Materi pertama menekankan perbedaan mendasar antara cuaca dan iklim. Cuaca merupakan kondisi atmosfer jangka pendek yang selalu berubah, sementara iklim adalah pola rata-rata cuaca dalam kurun waktu minimal 30 tahun.

Diskusi menarik muncul ketika peserta membahas fenomena cuaca yang tidak biasa terjadi di Dampek pada bulan Juli, yaitu tidak turunnya hujan meskipun wilayah sekitar masih diguyur hujan. Sebagian peserta mengaitkan fenomena ini dengan penjelasan ilmiah, sementara yang lain merujuk pada kearifan lokal, seperti tidak dilaksanakannya ritual adat pemanggil hujan.

Praktik Pengamatan Curah Hujan

Peserta juga mempelajari cara mengukur curah hujan dengan alat sederhana dari botol bekas. Melalui praktik ini, mereka berlatih mengenali kategori intensitas hujan dan pentingnya data untuk menentukan waktu tanam, panen, serta mengantisipasi risiko cuaca ekstrem.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa varietas sorgum organik mengalami kelayuan dan biji tidak terisi sempurna akibat kondisi kering. Sementara itu, tanaman padi berkelanjutan terbukti lebih tahan terhadap situasi tersebut.

Belajar Ekosistem dan Perlindungan Tanaman

Sesi selanjutnya memperkenalkan konsep segitiga penyakit tanaman (inang–patogen–lingkungan), morfologi sorgum, serta jaring-jaring makanan yang menjelaskan peran serangga dalam ekosistem pertanian. Peserta juga diperkenalkan pada kebun serangga sebagai media edukasi mini untuk memahami interaksi serangga dengan tanaman.

Rencana Tindak Lanjut

Di akhir kegiatan, peserta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang mencakup persiapan SLI ke-4. Kegiatan berikutnya akan dilaksanakan selama tiga hari, dengan agenda pembukaan, evaluasi, praktik lapangan, dan seremoni panen raya.

Para peserta berkomitmen untuk:

  • memperkuat perlindungan tanaman,
  • mereplikasi praktik budidaya sorgum organik di lahan masing-masing,
  • serta memadukan pembelajaran ilmiah dan kearifan lokal demi mendukung pertanian berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Nantikan perjalanan para petani sorghum selanjutnya!